Minggu, 19 Maret 2017

pahlawan otto iskandar dinata

Otto Iskandar Dinata, Si Jalak Harupat dari Bojongsono

Otto Iskandar Dinata, Si Jalak Harupat dari Bojongsoang
Otto Iskandar Dinata. (Sumber: pahlawancenter.com)
A+ A-

NAMA Otto Iskandar Dinata tentu tak asing lagi bagi kita. Keberanian menentang penjajah membuat dirinya dijuluki "Si Jalak Harupat". Berikut kisahnya.

Otto Iskandar Dinata, ada juga yang menulis Oto Iskandardinata atau Oto Iskandar Di Nata, lahir pada 31 Maret 1897 di Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Otto adalah anak ketiga dari sembilan bersaudara. Ayahnya bernama Nataatmadja. Setelah menunaikan ibadah haji, nama ayahnya berganti menjadi Raden Haji Adam Rahmat. Ibunya bernama Siti Hidayah.

Otto menempuh pendidikan dasarnya di Hollandsch Inlandsche School (HIS) Bandung, kemudian melanjutkan di Kweekschool Onderbouw (Sekolah Guru Bagian Pertama) Bandung, serta di Hogere Kweekschool (Sekolah Guru Atas) di Purworejo, Jawa Tengah.

Tamat sekolah, Otto menjadi guru HIS di Banjarnegara, Jawa Tengah. Tahun 1921, ia dipindahkan ke Bandung dan tiga tahun kemudian dipindahkan lagi ke Pekalongan, Jawa Tengah.

Dari sini, mulailah kisah lain dalam kehidupannya. Namanya lebih banyak disebut, terkait dengan kegiatannya dalam masyarakat dan perjuangan nasional.

Walaupun kemudian ia masih menjadi guru di Muhammadiyah di Jakarta, tetapi kegiatan utamanya tidak lagi terletak di bidang pendidikan.

Saat bertugas di Pekalongan pada tahun 1925, Otto terjun ke organisasi Budi Utomo. Aktivitasnya dalam organisasi Budi Utomo menarik perhatian masyarakat Pekalongan. Karena itulah dia dipercaya menjadi anggota Gemeenteraad (Dewan Kota) Pekalongan mewakili Budi Utomo.

Dipercaya sebagai anggota Dewan Kota, Otto berjuang memperbaiki kehidupan rakyat. Tanpa tedeng aling-aling, ia membeberkan praktik-praktik buruk yang dilakukan pemerintah jajahan terhadap rakyat.

Kecaman-kecaman dan gugatan-gugatan yang dilancarkan Otto tidak diterima Residen Pekalongan, seorang Belanda. Tapi, Otto tidak mau mengalah. Semua anggota Dewan Kota mendukungnya. Peristiwa itu berakhir dengan dipindahkannya residen ke tempat lain.

Saat aktif di Budi Utomo, kegiatan Otto terus dimata-matai pemerintah. Rapat-rapat yang digelar di rumahnya selalu diintai oleh polisi reserse. Sadar dimata-matai, Otto malah mengajak sang reserse masuk ke rumahnya untuk mengikuti pembicaraan di dalam rapat itu, yaitu soal-soal kemasyarakatan dan perikemanusian.

Setelah mendengarkan pembicaraan itu, sang reserse yakin bahwa Otto berjuang untuk kepentingan masyarakat. Konon, kemudian reserse itu menemui Otto dan memberitahukan ingin menjadi anggota Budi Utomo.

Nama Otto semakin populer. Pemerintah pun mulai cemas melihat pengaruhnya di kalangan rakyat. Karena itu, tahun 1928 ia dipindahkan dari Pekalongan ke Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar